HIKMAH : KADANG DIATAS KADANG DIBAWAH


            Pembaca yang budiman Syukur Alhamdulillah selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencukupi segala kebutuhan kita. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari ketidaktahuan menjadi orang yang beriman kepada Allah SWT. Mari kita baca , kita pahami maksudnya dan coba kita renungkan kutipan dibawah ini.
            Coba anda bayangkan, bagaimana rasanya hati yang bahagia tiba-tiba
ditampar oleh penderitaan? Apakah tidak sakit? Apakah tidak perih rasanya hati? Disaat seperti ini biasanya hati mulai bertanya-tanya, 'Kenapa harus sekarang Ya Allah? Kenapa Engkau beri aku penderitaan dikala aku sedang bahagia seperti ini? Kenapa tidak nanti aja ketika aku sudah kuat?' Itulah yang dituturkan seorang bapak yang sekaligus menjadi kepala rumah tangga.
            Beliau bertutur ditengah kondisi dipuncak kariernya sebagai seorang direktur di sebuah perusahaan, gajinya terbilang lebih dari cukup, rumah dan mobil mewah dengan kondisi yang tercukupi kehidupan ekonominya, ditambah lagi dengan istri dan anak-anaknya yang mencintainya. Tapi tiba-tiba perusahaan yang dipegangnya diambang kehancuran karena adanya keharusan membayar kembali proyek besar yang tengah dikerjakan dan mengalami kegagalan karena adanya kesalahan pengerjaannya, anak-anak dan istrinya juga ikut merasakan kecemasan namun tetap masih setia mendampingi dirinya. Namun yang berat dalam hidupnya disaat bersamaan anaknya jatuh sakit dan harus segera dirawat di Rumah Sakit karena terkena DB. Hal ini tentunya diluar apa yang telah diperkirakannya, berada diatas puncak kariernya malah mendapatkan kejutan yang tidak diperkirakan yang membuat dirinya sangat terpukul.
            Kepahitan hidup yang bertubi-tubi yang dihadapinya, dia mencoba instropeksi diri, beliau menyadari bahwa sudah lama ia meninggalkan kewajibannya sebagai seorang hamba, boro-boro shodaqoh, mngerjakan sholat lima waktu aja hampir tidak pernah, akibatnya dengan kejadian pahit ini membuat hidupnya menjadi terasa hampa. Tersadar akan hal itulah yang membuat beliau merasakan beban yang begitu hebat yang tak disangka-sangka, dengan keadaan masih terombang ambing dengan segala permasalahan beliau menyisihkan sebagian rezekinya untuk disantunkan kepada anak-anak yatim, beliau berharap dengan berbagi   dengan orang-orang yang lebih membutuhkan agar kehidupanya dapat kembali berjalan sesuai dengan harapanya, beliaupun juga berharap agar perusahaan yang diambang kehancuran bisa terselamatkan dan anaknya yang sedang dirumah sakit bisa segera sembuh.
            Seminggu kemudian anaknya yang sedang di Rumah Sakit sudah boleh pulang. Perusahaannya step by step sudah mampu menyelesaikan semua keuangan akibat dari kegagalan proyek yang dikerjakan bahkan kerugiannya diganti oleh perusahaan asuransi. Sebulan kemudian perusahaannya mendapatkan tawaran proyek, roda perekonomian sedikit demi sedikit kembali berjalan. Perusahaan, keluarga dan hidupnya dirasakan lebih indah & lebih bahagia. Keberkahan demi keberkahan kerap dirasakannya. Sejak kejadian itu keyakinan beliau bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah, giat menjalankan sholat fardhu dan rajin menyisihkan rizki untuk bershodaqoh akan membuat dirinya dilimpahkan keberkahan oleh Allah, menyelamatkan perusahaannya, menyembuhkan kembali anaknya yang sedang sakit, menyehatkan hati, juga tidak kalah penting adalah kebahagiaan di dalam keluarganya.
            Alhamdulillah, disaat perusahaan & hidup keluarga kami diambang kehancuran, Allah melimpahkan keberkahannya, menyelamatkan perusahaan & keluarga kami. Air matanya mengalir begitu saja dengan derasnya. Isak tangis bahagia istrinya yang tak henti mengucap hamdalah, puji syukur kehadirat Allah.
            'Orang-orang  yang menginfakkan hartanya baik di waktu lapang maupun di waktu sempit dan orang-orang yang mampu menahan amarah serta pemaaf terhadap kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.' (QS. Ali Imran : 134).
            Saudaraku yang budiman kutipan diatas mungkin boleh juga kita pertimbangkan dan juga kita renungkan, karena segala sesuatu yang ada pada diri kita merupakan milik Allah semata, kita hanya dititipi dan diamanahi untuk senantiasa menjaga dan memeliharanya. Jadi jangan sampai kita merasa memliki segala sesuatu yang ada pada diri kita karena sewaktu-waktu Allah mengambil apa yang menjadi kepunyaan-Nya kita tidak merasa kehilangan, karena memang itu bukan milik kita gtapi milik Allah Semata yang menciptakan segala sesuatu yang dilangit dan yang dibumi. Semoga kita dapat memahaminya dan dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.